Ujian Nasional Dihapus, Tapi Apakah Beban Psikologisnya Juga Hilang?

Ujian Nasional Dihapus, Tapi Apakah Beban Psikologisnya Juga Hilang?

Penghapusan Ujian Nasional (UN) menjadi salah satu perubahan besar dalam sistem pendidikan Indonesia. daftar neymar88 Keputusan ini disambut dengan berbagai reaksi, mulai dari rasa lega hingga keraguan. Salah satu harapan terbesar dari penghapusan UN adalah mengurangi tekanan mental yang selama bertahun-tahun menghantui siswa. Namun, pertanyaan penting muncul: setelah UN dihapus, apakah beban psikologis siswa benar-benar ikut hilang?

Ujian Nasional dan Tekanan yang Mengakar

Selama puluhan tahun, Ujian Nasional dikenal sebagai “momok” bagi siswa. Tekanan datang dari banyak arah—guru, orang tua, bahkan diri sendiri. UN dianggap sebagai tolak ukur keberhasilan, baik bagi individu maupun sekolah. Akibatnya, banyak siswa mengalami stres berlebihan menjelang ujian. Tidak sedikit yang mengalami kecemasan, kelelahan mental, bahkan gangguan kesehatan karena beban persiapan UN.

Dengan dihapusnya UN, secara teori, tekanan besar itu seharusnya berkurang. Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu.

Hilangnya Ujian Nasional, Tapi Tidak Hilangnya Tekanan

Meskipun UN sudah tidak ada, berbagai bentuk evaluasi lain tetap ada dalam sistem pendidikan. Tekanan kini bergeser, bukan menghilang sepenuhnya. Beberapa faktor yang membuat beban psikologis siswa tetap tinggi antara lain:

  • Ujian Sekolah Masih Berlangsung
    Ujian akhir yang diselenggarakan sekolah tetap menjadi tolok ukur kelulusan, dan seringkali tidak kalah menegangkan.

  • Sistem Seleksi Masuk Perguruan Tinggi
    Bagi siswa SMA, tekanan justru berpindah ke persiapan Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) atau ujian mandiri yang tidak kalah ketat dan kompetitif.

  • Tuntutan Akademik Harian
    Tugas yang menumpuk, penilaian harian, dan target nilai tetap menjadi sumber stres, meski tidak dalam format UN.

  • Ekspektasi Sosial dan Keluarga
    Harapan orang tua dan lingkungan sekitar tetap menjadi tekanan psikologis yang sulit dihindari oleh siswa.

Perubahan Format Ujian, Bukan Hilangnya Beban

Sistem pendidikan kini lebih menekankan asesmen kompetensi, proyek portofolio, dan penilaian karakter. Meski lebih modern dan tidak lagi sekadar menghafal, sistem baru ini tetap menuntut kesiapan mental dari siswa. Bahkan, dalam beberapa kasus, tekanan bisa bertambah karena siswa harus menunjukkan keterampilan praktik atau kreativitas dalam proyek.

Dengan kata lain, beban psikologis tidak sepenuhnya hilang, tetapi berubah bentuk. Tantangan kini lebih kompleks, mencakup aspek kognitif, kreativitas, bahkan kepercayaan diri siswa.

Apakah Sistem Baru Lebih Baik?

Sistem tanpa UN memang berusaha mendorong penilaian yang lebih manusiawi dan holistik. Ada sisi positifnya:

  • Penilaian tidak hanya dari ujian satu hari, tetapi dari proses panjang.

  • Siswa lebih terdorong mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

  • Ada ruang bagi kreativitas dan eksplorasi minat.

Namun, tantangan tetap ada jika perubahan hanya sebatas format ujian tanpa disertai perubahan budaya belajar. Jika sekolah tetap berorientasi pada nilai, tekanan mental akan tetap tinggi, bahkan bisa muncul kecemasan baru dalam bentuk ketakutan tidak bisa memenuhi berbagai indikator penilaian modern.

Mengurangi Tekanan Butuh Perubahan Menyeluruh

Untuk benar-benar mengurangi beban psikologis siswa, perubahan sistem ujian saja tidak cukup. Diperlukan pergeseran paradigma pendidikan yang lebih menyeluruh:

  • Menggeser Fokus dari Nilai ke Proses Belajar
    Menghargai proses pembelajaran sebagai sesuatu yang berharga, bukan sekadar hasil akhir.

  • Membangun Lingkungan Sekolah yang Ramah Kesehatan Mental
    Memberikan dukungan psikologis, konseling rutin, dan mendorong komunikasi terbuka antara guru dan siswa.

  • Mendidik Orang Tua tentang Pentingnya Keseimbangan Mental
    Orang tua juga perlu paham bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan prestasi akademik.

  • Mengintegrasikan Pendidikan Emosional ke dalam Kurikulum
    Siswa perlu dilatih mengelola stres, mengatur emosi, dan membangun ketahanan mental.

Kesimpulan

Penghapusan Ujian Nasional adalah langkah awal menuju sistem pendidikan yang lebih manusiawi. Namun, menghapus ujian nasional tidak serta-merta menghapus beban psikologis siswa. Tekanan tetap ada, hanya berpindah bentuk. Untuk benar-benar membantu siswa, perubahan sistem penilaian harus diikuti dengan perubahan budaya pendidikan yang lebih peduli pada kesehatan mental.

Pendidikan masa depan perlu menempatkan kesejahteraan psikologis siswa sebagai prioritas utama, agar mereka tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga sehat secara emosional dalam menghadapi dunia yang terus berubah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *